Jumat, 30 Desember 2011

Laporan Pencemaran lingkungan


PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN DOMBA
DAN KAIN PERCA

LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu
                               Tugas Mata Kuliah Pencemaran Lingkungan

                                                                 

Oleh,
Ketua :
Organik     : Herliana Fazri                  092154028
Anorganik : Hani Hanifiyah               092154012


Anggota :
Rudi Rosadi                092154003
Dian Aprilia                092154010
Yuni Kurnia                092154030
Irma Nurlaela              092154036
Meti Mahmudah         092154037

Kelompok V
Kelas III A



PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011



PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN DOMBA
DAN KAIN PERCA
A.    Tujuan
1.         Memanfaatkan limbah kotoran domba untuk dijadikan pupuk cair
2.         Memanfaatkan sisa-sisa kain yang tidak terpakai untuk dijadikan tempat flashdisk dan bros
B.     Landasan Teoritis
1.      Pemanfaatan Limbah Kotoran Domba    
Kotoran ternak  Domba akan sangat bermanfaat bila diolah dengan teknik yang tepat  sebagai pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Tidak hanya itu, penggunaan pupuk organik akan menyelamatkan kondisi tanah dari kerusakan jangka panjang. Meskipun sumber hara N pada kotoran Domba kalah dengan Urea, dalam jangka panjang juga maka manfaat pupuk organik akan jauh lebih baik dibandingkan Urea. Apa bedanya pupuk kimia dengan pupuk organik? Pupuk kimia terdiri dari gabungan beberapa unsur kimia yang diproses pada suatu pabrik. Sedangkan pupuk organik yang dikenal sebagai kompos merupakan hasil akhir atau perubahan antara tanaman atau hewan. Pupuk organik dapat dihasilkan dari perubahan limbah pertanian, limbah dapur dan kotoran ternak. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan menjadikan perubahan struktur tanah yang pada akhirnya akan mengganggu proses pertumbuhan dan produksi tanaman.
Salah satu jenis hewan ternak potensial sebagai sumber pupuk organik adalah Domba. Hasil penelitian dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Bogor : Kotoran ternak domba mengandung bahan kering dan nitrogen berturut-turut 40 - 50% dan 1,2 - 2,1% (Bergantung pada Komposisi Pakan).  Jumlah nitrogen yang didapat dari kotoran domba yang memiliki berat 120 kg dan dengan periode pengumpulan kotoran selama 3 bulan mencapai 7,4 kg Nitrogen. Jumlah ini adalah setara dengan 16,2 kg urea atau 46% Nitrogen. Tidak hanya kotorannya, urin ternak domba juga bermanfaat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Produksi urin domba dapat mencapai 0,6 - 2,5 liter/ hari dengan kandungan Nitrogen 0,51 - 0,71%. Dari hasil penelitian, pemberian 5 - 10 ton pupuk kandang per tahun memberikan hasil cukup baik untuk tanaman kedelai, padi gogo dan rumput gajah. Jumlah ini dapat disediakan dari pemeliharaan 6 - 7 ekor domba dengan berat badan rata-rata 25 - 30 kg. Dengan proses penguraian, maka kotoran ternak domba dapat menyediakan zat hara bagi tanaman. Proses ini terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik sederhana untuk pertumbuhan tanaman. Kotoran ternak domba mengandung sedikit air sehingga mudah diurai.
Pupuk kandang dari kotoran domba kandungan proteinnya tinggi, juga air dingin sebagai pelarut bahan-bahan organik dan debunya, tapi pupuk kandang kotoran domba rendah kandungan sellulosa. Pupuk kandang dari kotoran kuda rendah kandungan proteinnya dan tinggi kandungan sellulosanya dan hemisellulosa. Sedangkan pupuk kandang dari kotoran sapi persentase kandungan unsur-unsurnya berada diantara kedua jenis pupuk kandang tersebut.
Sejumlah hasil analisis menyatakan bahwa pupuk kandang yang dalam keadaan dingin mengandung 70% - 80% air, 0,3% - 0,06% nitrogen, 0,1% - 0,4% fosfor sebagai P2O5, dan 0,3% - 1,0% potasium sebagai K2O.
Satu ton pupuk kandang yang masih segar mengandung 400 - 600 pounds bahan kering, dengan susunan didalamnya mengandung 10 pon nitrogen, 6 pon P2O5 dan sekitar 10 pon potasium. Setengah dari jumlah nitrogen dan sebagian besar dari kedua unsur lainnya dalam bentuk terlarut dalam air, dengan demikian dapat segera dimanfaatkan.
2.      Pemanfaatan Kain Perca
Kain itu terdiri jadi jalinan benang-benang. Kain dibentuk dari kumpulan benang atau serat. Serat atau benang adalah zat yang panjang, tipis dan mudah dibengkokkan (lentur). Serat ini dapat terbentuk dari bahan alami maupun buatan.
Serat alami, ada yang berasal dari tumbuhan, misal serat kapas dari tumbuhan kapas, serat linen dari batang tumbuhan linum usitatissimun, dan juga serat rami dari batang tumbuhan  boehmeria nivea. Ada juga serat alami yang berasal dari hewan, misal serat wool dari bulu domba, serat sutera dari kepompong ulat sutera. Serat buatan, ada yang berupa “modifikasi” serat alami, seperti serat RAYON. Juga yang “murni” buatan, seperti Nylon, Polyester, dan juga serat logam.
Masing-masing serat memiliki sifat yang membuat bahan memiliki sifat sesuai kebutuhan. Sifat-sifat serat antara lain : knitted Kehalusan dan panjang serat, Kekuatan, Keseragaman serat, Gesekan serat, daya serap, dan elastisitas atau kelenturan. Kesemua sifat tersebtu akan menentukan sebuah bahan menjadi enak di gunakan, sejuk, menyerap keringat, dan sebagainya. Hal ini juga menentukan bagaimana cara pakaian  harus dicuci atau di setrika.
C.    Pelaksanaan
Kegiatan pembuatan pupuk cair dilaksanakan pada:
Hari                 : Kamis
Tanggal           : 6 Oktober 2011
Tempat            : Universitas Siliwangi
Kegiatan pembuatan tempat flashdisk dan bros dilaksanakan pada:
Hari                 : Kamis
Tanggal           : 6 Oktober 2011
Tempat            : Padayungan
D.    Alat dan Bahan
1.      Pembuatan Pupuk Cair
a.       Kotoran domba/kambing
b.      Air bersih
c.       Ragi tape
d.      Gula Pasir
e.       Bioaktivator (M-Bio)
f.       Ember berukuran 10 liter
g.      Plastik
h.      Tali Rapia
2.      Pembuatan Tempat Flashdisk dan Bros
a.       Kain perca
b.      Jarum
c.       Benang sulam
d.      Busa
e.       Peniti
f.       Jarum pentul
E.     Langkah Kerja
1.      Pembuatan Pupuk Cair
a.       2/3 bagaian drum diisi kotoran domba
b.      Menaburkan 3-5 butir ragi tape yang sudah dihaluskan dan ditambah bioaktivator (M-Bio)
c.       Drum diisi air sampai dengan 1/3 bagian sisa, lalu ditutup agar proses fermentasi berlangsung dengan baik.
d.      Setiap satu hari penutup drum dibuka dan diaduk selama +/- 5 menit.
e.       Campuran tersebut didiamkan selama 7 hari sebelum siap digunakan
Selain itu, pada hari Sabtu, 8 Oktober 2011, sebagai media untuk mengujicobakan pupuk cair, kami menanam tanaman berupa mentimun.
3.      Pembuatan Tempat Flashdisk dan Bros
a.       Pembuatan tempat flashdisk
1)      Memotong busa dengan ukuran 10 x 10 cm
2)      Melapisi busa dengan kain perca, melipatnya menjadi dua bagian kemudian dijahit bagian penggirnya dengan menyisakan satu sisi sebagai lubang tempat masuknya flashdisk.
3)      Sisi yang berlubang dipasangi kain brukat yang dijahit membentuk silang.
4)      Pada lubang kain brukat dimasukkan benang wol sebagai pengkerut
b.      Pembuatan bros
1)      Menjahit sekeliling tepi kain perca dengan menggunakan mesin jahit
2)      Kain dibentuk menyerupai pita dengan menyatukan bagian   tengah dan kemudian diberi  aksen tambahan dengan menggunakan benang
3)      Pada bagian belakang diberi peniti dengan menggunakan lem
F.     Hasil Penelitian
1.      Perbedaan Pertumbuhan Tanaman dengan Menggunakan Pupuk Cair, Pupuk Kimia dan Tanpa Pupuk
Dalam percobaan ini kami menggunakan tiga perlakuan terhadap tanaman mentimun, yaitu 1) Menggunakan Pupuk cair yang telah dibuat dari kotoran domba, 2) Menggunakan pupuk kimia berupa NPK, dan 3) Tidak menggunakan pupuk sama sekali.



a.  Perkecambahan (15 Oktober 2011)
1)      Menggunakan Pupuk cair yang telah dibuat dari kotoran domba,






2)      Menggunakan pupuk kimia berupa NPK,







3)       Tidak menggunakan pupuk sama sekali.





b.      Usia 2 Minggu (31 Oktober 2011)
1)      Menggunakan Pupuk cair yang telah dibuat dari kotoran domba,







2)      Menggunakan pupuk kimia berupa NPK,







3)       Tidak menggunakan pupuk sama sekali.
Tanaman dengan pupuk cair dari kotoran domba ternyata daunnya mengerut dan abnormal. Ternyata terjadi kesalahan dalam pemberian konsentrasi pupuk tersebut. Seharusnya konsentrasi diperkecil dengan melarutkan bupuk cair ke dalam 1 liter air. Pengerutan daun mentimun diduga terjadi karena tanaman kepanasan oleh konsentrasi berlebih dari pupuk cair dari domba tersebut.
          Oleh sebab itu pada pertengahan bulan November kami mengulang percobaan dan mengganti specimen dengan menggunakan tanaman labu siam (Sechium edule) dengan hanya melibatkan 2 perlakuan yaitu tanaman dengan pemberian pupuk cair dari kotoran domba dan pupuk kimia (NPK).
          Usia 3  minggu:
(kiri) : Tanaman Labu siam dengan pupuk cair dari kotoran Domba
(kanan) : Tanaman Labu siam dengan pupuk kimia (NPK)

2.      Pembuatan Tempat Flashdisk dan Bros
DSC06103.JPG
Salah satu tempat flashdisk yang selesai dibuat
G.    Pembahasan
Perbedaan Pertumbuhan Tanaman dengan Menggunakan Pupuk Cair, Pupuk Kimia dan Tanpa Pupuk
Pada percobaan pertama, yaitu dengan menggunakan tanaman mentimun, terjadi kesalahan pemberian konsentrasi dari pupuk cair sehingga tanaman yang diberi pupuk cair dari kotoran domba mengerut dan kecil daunnya. Pengerutan daun mentimun diduga terjadi karena tanaman kepanasan oleh konsentrasi berlebih dari pupuk cair dari domba tersebut.
Pada percobaan kedua, yaitu dengan menggunakan tanaman labu siam, berdasarkan pengamatan selama 2 minggu, ternyata pertumbuhan dari tanaman yang diberi pupuk cair dari kotoran domba dengan  pupuk kimia menunjukkan adanya perbedaan.
Tanaman yang diberi pupuk cair dari kotoran domba ukurannya lebih tinggi dan lebih besar daripada tanaman yang diberi pupuk kimia. Meskipun kondisi penanaman tidak dilakukan di dalam pot, yang dapat dimungkinkan bahwa tanaman yang satu menyerap dari yang seharusnya diserap oleh tanaman yang satunya lagi.
H.    Kesimpulan
Pupuk cair dari kotoran domba lebih bak dari pada pupuk kimia.
Apabila kain sisa diolah dengan teknik tertentu maka akan menghasilkan suatu barang yang bernilai seni dan dapat digunakan.



I.       Saran
Untuk kedepannya kami berharap dalam penelitian tanaman, dilakukan rancangan yang lebih teliti seperti menggunakan kaidah-kaidah yang ada dalam perhitungan statistic untuk biologi (Biometri) dan untuk pembuatan karya dari bahan kain perca dapat dibuat sesuatu yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Kandungan Senyawa Kimia pada Pupuk Kandang. Outline tersedia di: http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/kandungan-senyawa-kimia-pada-pupuk-kandang
Anonim. Kain. Outline tersedia di:
Anonim. Kain Adalah Jalinan Serat. Outline tersedia di:
           http://b0cah.org/index2.php

Ahira, Anne. Pengetahuan Bahan. Outline tersedia di:

Radjam, Syam Asinar. Cara Mudah Membuat Pupuk Organik Cair (POC). 4 Januari 2009. Outline tersedia di:
               http://dombagarut.blogspot.com/favicon.ico

Setiadi, Agus Ramada. Pupuk Kotoran Domba (PUKDOM). Outline tersedia di:



Proposal Penelitian


PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN PICTURE AND PICTURE
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA NEGERI 1 Kawali)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Penelitian Pendidikan Biologi I












Oleh :
Herliana Fazri
NPM. 092154028


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011








PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN PICTURE AND PICTURE
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA NEGERI 1 KAWALI)


A.           Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan salah satu pendidikan formal  yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan potensi para penerus bangsa. Sekolah yang berada di lingkungan masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan para lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Secara singkat tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan dapat kita jaring melalui prestasi hasil belajar siswa. Dengan demikian guru harus menciptakan situasi belajar mengajar yang baik sehingga dapat mencapai hasil yang memuaskan.
Proses belajar yang efisien mengandung arti bahwa proses belajar itu dapat memperoleh hasil yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sebagai suatu proses, kegiatan belajar mengandung arti bahwa kegiatan yang menyeluruh yang tidak terlepas dari faktor serta kondisi situasi di sekitarnya.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut perlu dibuat tujuan pendidikan secara nasional. Inti dari proses pendidikan secara formal adalah mengajar, mengajar adalah penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar, sedangkan inti proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar. Sehingga dalam proses pendidikan kita mengenal ungkapan proses belajar mengajar disingkat PBM.
Berdasarkan pemaparan di atas guru harus mengusahakan situasi dan kondisi belajar yang baik sehingga para peserta didik akan senang melakukan proses belajar dengan sebaik-baiknya serta peserta didik akan sungguh-sungguh mempelajari apa yang ditugaskan guru itu, hingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru ketika mengajar. Salah satu model pembelajaran yang sudah tidak asing lagi adalah Pembelajaran Kooperatif. Diantara banyak tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang akan dibahas di sini adalah tipe Examples Non Examples dan Picture and Picture.
Penggunaan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Kawali, yang sebelumnya masih menggunakan model-model konvensional.
Masalah tersebut di atas dibagi menjadi beberapa masalah yang dapat di keta sebagai berikut :
1.             Apakah model pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dan Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar?
2.             Apakah model pembelajaran yang dipakai sesuai dengan materi yang akan diberikan ?
3.             Mengapa hasil belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kawali, kurang memuaskan ?
Agar penelitian yang dilaksanakan dapat terarah dan sistematis , maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1.             Materi pembelajaran yang akan dijadikan penelitian dalam kegiatan belajar mengajar mengenai materi mata pelajaran Biologi.
2.             Penelitian ini hanya membandingkan hasil belajar kognitif siswa, antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dan Picture and Picture.
3.             Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1 Kawali.
4.             Aspek yang diukur hanya aspek kognitif saja yang dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Dengan Picture And Picture (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kawali)


B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Examples Non Examples Dengan Picture And Picture di Kelas X SMA Negeri 1 Kawali.
C.           Definisi Operasional
Agar istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak menimbulkan salah pengertian, maka penulis mencoba mendefinisikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut :
1.             Hasil belajar adalah perubahan tingkah  laku siswa dalam ranah kognitif dan dibatasi pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan atau aplikasi (C3). Dalam penelitian ini hasil belajar siswa ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa setelah siswa melakukan post test pada pelajaran biologi.
2.           Model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples adalah guru memberikan kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.
3.             Model pembelajaran kooperatif tipe Picture And Picture merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu guru menampilkan gambar kemudian menunjuk siswa untuk menjelaskan gambar tersebut.

D.           Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang  menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tipe Examples Non Examples Dengan Picture And Picture di Kelas X SMA Negeri 1 Kawali.
E.            Kegunaan Penelitian
1.             Secara  Teoretis
a.    Memberikan informasi mengenai penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa
b.   Memberikan informasi mengenai pengaruh pembelajaran terhadap hasil belajar siswa
c.    Sebagai landasan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar siswa serta minat siswa.
2.             Secara Praktis
a.    Sekolah
Memberikan masukkan kepada pihak sekolah dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar.
b.   Guru
1)   Memberikan masukan kepada guru Biologi khususnya dalam menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan minat siswa.
2)   Menambah wawasan bagi guru mengenai berbagai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kreativitas siswa.
c.    Siswa
1)   Meningkatkan hasil belajar dan minat siswa dalam belajar biologi secara aktif, membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran khusunya Biologi.
F.            Tinjauan Penelitian
1.             Kajian Teoretis
a.    Pengertian Belajar
Pemahaman guru terhadap pengertian belajar mengajar akan mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dengan memahami pengertian belajar mengajar ini akan lahir berbagai bentuk kegiatan yang mungkin dapat dilakukan baik oleh siswa maupun guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Banyak ahli psikologi yang mendefinisikan tentang Belajar diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Hilgard dan Blower, Gagne, Organ dan Witherington (dalam Ngalim 2004 : 84), sebagai berikut :
1)   Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa : “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
Dari pengertian beberapa definisi yang telah dikemukakan tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses yang terus menerus untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil usaha individu untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga dapat mengubah tingkah lakunya.
b.   Pengertian Mengajar
Menurut Slameto (1995: 29) mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Adapun defenisi lain di negara-negara modern yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Defenisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa.
Mengajar didefinisikan oleh Sudjana (2000: 37) sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin. Pasaribu (1983: 7) mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik, agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal.
c.    Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2004:3) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, psikomotorik. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut memperoleh pengalaman belajar. Hal ini sesuai dengan klasifikasi hasil belajar menurut Benjamin Bloom (dalam Sudjana, 2004 : 23 – 31) yang meliputi tiga Ranah (domain) yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
d.   Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Ngalim (1992:102) menyatakan bahwasannya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar  dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni:
1)      faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual;
2)      faktor yang ada di luar individu atau yang disebut faktor sosial.
Faktor individual meliputi faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial meliputi faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
2.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
a.      Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
3.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Dengan Picture And Picture.
a.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
Examples Non Examples merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu dengan guru menunjukan atau mengambil suatu  kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Adapun langkah-langkahnya dalam model pembelajaran koopertif tipe Examples Non Examples diantaranya :
·         Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
·         Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP atau bisa juga melalui In Focus.
·         Guru memberi petunjuk dan memberiakan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.
·         Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
·         Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
·         Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
·         Kesimpulan.
b.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture
Pembelajaran kooperatif tipe Picture And Picture merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada gambar untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Adapun untuk langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
·         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
·         Mengajikan materi sebagai pengantar.
·         Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
·         Guru memanggil atau menunjuk siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
·         Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
·         Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
·         Kesimpulan atau rangkuman.

G.    Kerangka Berpikir
Belajar adalah suatu proses yang terus menerus untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil usaha individu untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga dapat mengubah tingkah lakunya.
Hasil belajar salah satunya dipengaruhi oleh cara mengajar dan model serta metoda yang dipakai oleh guru yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Konsep dalam penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif Examples Non Examples dengan Picture And Picture. Model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 – 3 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab untuk menjelaskan suatu gambar.
Sedangkan Picture And Picture merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dilakukan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah dan mengurutkan gambar dengan urutan yang logis.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menduga bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dengan Picture And Picture pada mata pelajaran Biologi di kelas X SMA Negeri 1 Kawali.
H.    Hipotesis
Ho : Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dengan Picture And Picture pada mata pelajaran Biologi di kelas X SMA Negeri 1 Kawali .
Ha : Terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dengan Picture And Picture pada mata pelajaran Biologi di kelas X SMA Negeri 1 Kawali.






















Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites